Stress selama kehamilan adalah masalah serius yang dapat berdampak buruk pada kesehatan ibu dan juga janin yang sedang dikandung. Namun, sebuah penelitian terbaru menunjukkan bahwa stress selama kehamilan juga dapat meningkatkan risiko anak mengalami epilepsi.
Epilepsi adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan serangan kejang yang tiba-tiba dan berulang. Penyebab pasti dari epilepsi belum diketahui dengan pasti, namun beberapa faktor risiko telah diidentifikasi, termasuk faktor genetik, cedera otak, dan gangguan perkembangan otak selama kehamilan.
Studi yang dilakukan oleh para peneliti dari University of California, San Francisco menemukan hubungan antara stress selama kehamilan dan risiko anak mengalami epilepsi. Para peneliti mengamati lebih dari 600.000 kelahiran di California dan menemukan bahwa ibu yang mengalami stress selama kehamilan memiliki risiko 20% lebih tinggi memiliki anak yang mengalami epilepsi dibandingkan dengan ibu yang tidak mengalami stress.
Stress selama kehamilan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah keuangan, konflik keluarga, atau tekanan kerja. Stress dapat menyebabkan pelepasan hormon stres seperti kortisol, yang dapat memengaruhi perkembangan otak janin dan meningkatkan risiko gangguan neurologis seperti epilepsi.
Untuk itu, penting bagi ibu hamil untuk menjaga kesehatan mental mereka selama kehamilan. Berbagai teknik relaksasi seperti meditasi, yoga, atau terapi kognitif perilaku dapat membantu mengurangi stress dan meningkatkan kesejahteraan ibu dan janin.
Selain itu, penting juga bagi para tenaga medis dan keluarga untuk memberikan dukungan dan perhatian ekstra kepada ibu hamil yang mengalami stress. Dengan demikian, diharapkan risiko anak mengalami epilepsi akibat stress selama kehamilan dapat dikurangi dan kesehatan ibu dan janin tetap terjaga dengan baik.